20 Aug 2018 • News
Diwarnai Gerimis, Salat Idul Adha di Semen Padang Berjalan Lancar
1414 Views
PADANG - Ribuan masyarakat melaksanakan Salat Idul Adha di lapangan Plaza Kantor Pusat PT Semen Padang, Rabu (22/8/2018) pagi. Pada salat Idul Adha tersebut, sebagai Khatib dan Imam adalah pimpinan Perguruan Islam Arrisalah Padang, H. Muhammad Saleh Zulfahmi Lc. MA.
Meski diwarnai gerimis, salat berjamaah Hari Raya Qurban 1439 Hijriah yang digelar atas kerjasama Panitia Tetap Syiar Agama Islam PT Semen Padang dan Persatuan Hari Besar Islam (PHBI) Indarung itu berjalan lancar. Turut hadir Direktur Operasional Firdaus, dan Direktur Keuangan Tri Hartono Rianto.
Muhammad Saleh Zulfahmi dalam ceramahnya yang berjudul 'Keteladanan Nabi Ibrahim dan Pilar-Pilar Kekuatan Umat', menyampaikan beberapa penelitian dari sumber-sumber terpercaya, dan penelitian itu sungguh sangat berat karena dapat mengancam kehidupan masyarakat.
Pertama, penelitian tentang pergaulan bebas remaja di beberapa kota besar di Indonesia. Bahkan dari penelitian yang dilakukan oleh BKKBN pada 2008 itu, menyimpulkan bahwa 63 persen di antara remaja yang terlibat pergaulan bebas, telah melakukan sex di luar pernikahan.
Kedua soal narkoba. Dari data BNN tahun 2016, ada 6 juta jiwa pengguna narkoba di Indonesia dan dalam sehari, terdapat 40 sampai 50 orang yang meninggal karena narkoba. Sedangkan di Sumbar, terdapat 63.352 orang yang terlibat narkoba.
Kemudian yang ketiga, soal internet tak terkendali. Di zaman digital ini, semuanya biasa diakses melalui perangkat android yang memeiliki jaringan internet. Dan tentunya, bagi anak-anak ini bisa berdampak buruk, karena tanpa ada kontrol dari orangtua, mereka bisa mengakases situs 'orang dewasa' yang dapat merugikan mereka.
"Kemudian yang keempat soal LGBT. Para jemaah Salat Idul Adha di lapangan plaza Kantor Pusat Semen Padang ini, khususnya para orangtua, harus mengawasi pergaulan anaknya dan jangan sampai menjadi LGBT, termasuk msngawasibpergaulan lainny supaya tidak terlibat narkoba dan pergaulan bebas," katanya.
Selain menyampaikan beberapa penelitian yang mengancam kehidupan masyarakat, hafiz 30 Juz itu juga pilar-pilar kekuatan yang harus dibangun seluruh umat untuk bisa mengatasi persoalan, sehingga dapat membangun kehidupan yang lebih baik pada masa-masa mendatang.
Pertama, kekuatan aqidah, iman atau tauhid kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim As, kata dia, telah mencontohkan bagaimana aqidah begitu melekat pada jiwanya sehingga ia berlepas diri dari siapa pun dari kemusyrikan, termasuk orang tuanya yang tidak mau bertauhid kepada Allah SWT.
"Salah satu dampak positif dari aqidah yang kuat akan membuat seorang mukmin memiliki prinsip yang tegas dalam setiap keadaan, dia tidak lupa diri pada saat senang, baik senang karena harta, jabatan, popularitas, pengikut yang banyak maupun kekuatan jasmani," ujarnya.
Kemudian, dampak dari aqidah itu, sambungnya, membuat seorang mukmin tidak akan putus asa pada saat mengalami penderitaan, baik karena sakit, bencana alam, kekurangan harta maupun berbagai ancaman yang tidak menyenangkan.
"Inilah yang membuatnya menjadi manusia yang mengagumkan," imbuh Saleh Zulfahmi.
Kekuatan umat kedua yang harus dibangun, lanjutnya, adalah akhlaq yang mulia. Kondisi akhlaq
masyarakat sekarang diakuinya masih amat memprihatinkan. Bila ini terus berlangsung, cepat atau lambat yang lemah dan hancur bukan hanya diri dan keluarga, tapi juga umat dan bangsa.
"Seorang ulama Mesir yang wafat tahun 1932 M yang bernama Syauqi Bey menyatakan suatu bangsa akan kekal selama berakhlaq, bila akhlaq telah lenyap, lenyaplah bangsa itu. Jadi kepada seluruh jamaah, mari kita bangun akhlak yang mulia," bebernya.
Ketiga, kekuatan ilmu dalam arti umat harus menguasai ilmu pengetahuan, bukan mencari ilmu sekadar untuk mendapat gelar kesarjanaan, bahkan yang lebih tragis adalah gelar kesarjanaan sudah disandang, tapi tidak ada ilmu yang dikuasai dan diamalkanya.
Oleh karena itu menuntut ilmu tidak hanya diwajibkan, tapi diberi keutamaan yang amat besar dan banyak. Generasi Ibrahim adalah generasi yang cinta akan ilmu, karena itu ia mencarinya, di manapun ilmu itu berada, tanpa ada perasaan puas dalam mendapatkannya, bahkan ilmu yang didapatnya menyatu ke dalam.
"Oleh karena itu, harus kita sadari bahwa amat sedikit ilmu yang kita kuasai, namun yang amat disayangkan adalah begitu banyak orang yang malas menuntut ilmu, apalagi ilmu agama Islam, padahal ajaran Islam harus kita amalkan," tuturnya.
Keempat, kekuatan umat yang harus kita bangun adalah ukhuwah Islamiyah. Dalam ibadah haji, kaum muslimin dari seluruh dunia dengan berbagai latar belakang yang berbeda bisa bertemu, berkumpul dan beribadah di tempat yang sama, bahkan dengan pakaian yang sama.
Ini semua seharusnya sudah cukup untuk memberi pelajaran betapa persaudaraan antar sesama kaum muslimin memang harus kita bangun. Bila ukhuwah Islamiyah terwujud dalam kehidupan kita, maka sebagai umat kita punya kekuatan dan kewibawaan, dan berbagai persoalan umat bisa dipecahka, kualitas umat bisa diperbaiki dan ditingkatkan serta musuh-musuh Islam bisa dihadapi.
"Bahkan mereka akan takut melihat kekuatan umat yang luar biasa. Tapi karena ukhuwah umat belum terwujud, maka jadilah umat ini seperti buih di tengah lautan yang terus mengikuti ke mana beriaknya ombak bukan seperti karang yang memecahkan ombak," katanya.
Dalam konteks kehidupan sekarang, lanjuntnya, mungkin saja masyarakat Indonesia berbeda-beda suku dan bangsa, organisasi sosial dan politik, bahkan dalam kelompok-kelompok aliran atau pemahaman keagamaan, tapi semua itu seharusnya tidak membuat masyarakat menjadi begitu fanatik, lalu merasa benar sendiri, dan menganggap kelompok lain sebagai kelompok yang salah.
"Harus kita ingat bahwa ukhuwah merupakan bukti keimanan dan bila ini belum kita wujudkan pertanda
lemahnya keimanan yang kita miliki, Allah SWT dalam surat QS Al Hijarat Ayat 49 berfirman 'Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat," ujarnya.
Terakhir, kekuatan umat yang harus dibangun adalah kekuatan ekonomi. Menurutnya, kesulitan hidup tidak bisa dijadikan alasan untuk menghalalkan segala cara dalam mencari harta, apalagi kondisi saat ini, tidak sesulit generasi terdahulu dalam memperoleh rizki.
"Keyakinan bahwa Allah punya maksud baik dan rizki di tangan-Nya membuat manusia seharusnya mau berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Usaha yang halal meskipun sedikit yang diperoleh dan berat memperolehnya merupakan sesuatu yang lebih baik dari pada banyak dan mudah mendapatkannya," ungkap Saleh Zulfahmi. (*)