05 Juli 2018 • Siaran Pers
60 Tahun Nasionalisasi, Semen Padang Hadapi Banyak Tantangan
2312 Kali dilihat
TANGGAL 5 Juli 2018 bertepatan dengan 60 tahun pengambilalihan PT Semen Padang dari tangan pemerintah Belanda.
Pada 18 Maret 1958 Semen Padang yang dulu bernama NV Padang Portland Cement Maatschappij (PPCM), secara resmi diserahkan kepada bangsa Indonesia. Penyerahan itu sebagai amanat Undang Undang No.86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi.
Penyerahan PPCM dilakukan oleh Hooffadministrateur PPCM Ir.Van der Land kepada J Sadiman yang bertindak atas nama Direktur Badan Penyelenggara Perusahaan Industri Dasar dan Tambang) Kementerian Perindustrian Dasar dan Tambang. Sejak itu, perusahaan-perusahaan strategis bangsa dikelola oleh putra-putri terbaik bangsa.
Memasuki HUT ke-60 nasionalisasi, PT Semen Padang menghadapi banyak tantangan. Ketangguhan perusahaan yang didirikan pada 18 Maret 1910 atau kini berusia 108 tahun ini kembali diuji untuk melewati berbagai dinamika dalam kancah persemenan dan industri nasional.
Seperti diakui Direktur Utama PT Semen Padang Yosviandri, tantangan dihadapi tahun ini di antaranya, over supply dimana rata-rata produksi semen hanya terserap sekitar 66 persen. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlangsung sampai dengan 10 tahun ke depan.
Produsen asing khususnya semen cina semakin gencar memasuki pasar dalam negeri. Kemudian, perusahaan nasional juga dihadapkan dengan tantangan baru denga keluarnya kebijakan Permendag 07 tahun 2018 tentang diperbolehkannya impor klinker dan semen ke Indonesia.
Dalam pada itu, harga pokok semakin meningkat dengan naiknya harga BBM dan batubara dunia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar juga melemah dan berdampak pada tingginya harga sparepart, persediaan dan peralatan impor.
"Dampak yang paling kami rasakan saat ini adalah turunnya laba perusahaan dalam lima tahun terakhir," kata Yosviandri.
Pada 2012 Semen Padang mencatatkan laba bersih sebesar Rp927, 69 miliar, pada 2013 meningkat menjadi Rp1,04 triliun. Pada 2014 turun menjadi Rp927,61 miliar. Pada 2015 turun menjadi Rp722,83 miliar. Pada 2016 sedikit naik menjadi Rp723, 80 miliar. Sedangkan pada tahun 2017 turun menjadi Rp498, 76 miliar.
Pada 2013 menjadi masa keemasan bagi industri semen nasional. Pada saat itu hanya ada 7 pemain semen di tingkat nasional. Kini menjadi 15 pemain, tak hanya dari pemodal dalam negeri, namun juga perusahaan semen top dunia.
Para pemain baru itu juga meningkatkan kapasitas produksi. Di sisi lain, demand nasional tidak bertumbuh positif seperti yang diharapkan. Kondisi ini diperparah kenaikan harga pokok produksi. Ketika terjadi perang harga di pasaran, sejumlah pemain ada yang memilih menurunkan harga, dan bahkan ada pula yang me-lay off karyawan.
Yosviandri mengakui perjalanan PT Semen Padang sebagai perusahaan semen pertama di Asia Tenggara yang telah berusia lebih dari satu abad tentunya tidak selalu melalui jalan yang mulus. Dinamika yang terjadi dari internal maupun eksternal turut mewarnai.
"Kami berharap di 2018 pencapaian laba bersih bisa meningkat di atas tahun 2017," kata Yosviandri yang menahkodai Semen Padang sejak 24 Januari 2018.
Berbagai strategi dipancang manajemen baru Semen Padang bersama segenap insan perusahaan untuk kembali membangkitkan perusahaan yang berpusat di Indarung, Kota Padang ini.
"Upaya-upaya efisiensi yang kita lakukan menjadi harapan utama terdongkraknya kinerja keuangan. Namun untuk bisa kembali memenangkan persaingan tidak cukup hanya berhemat. Perlu muncul ide-ide kreatif untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dengan mengoptimalkan aset – aset perusahaan," kata pria kelahiran Padang tahun 1968 itu.
Di internal perusahaan, Yosviandri mendorong jajarannya untuk terus melakukan berbagai inovasi. "Diskusi-diskusi yang bermuara pada pengumpulan inovasi-inovasi sangat kami dukung. Manfaatkan segala fasilitas yang disediakan perusahaan. Silahkan menggunakan rumah knowledge sebagai homebase terciptanya ide-ide kreatif yang dikoordinir oleh biro inovasi," ajaknya kepada seluruh karyawan Semen Padang pada Upacara HUT ke-60 pengambilalihan perusahaan.
Masa Lalu Lebih Berat
Pemerhati sejarah Sumbar yang kini menjabat Komisaris PT Semen Padang Khairul Jasmi mengakui Semen Padang menghapi tantangan yang tidak ringan hingga 10 tahun mendatang. Namun wartawan senior itu menekankan, sebenarnya tantangan yang sudah dilewati Semen Padang jauh lebih berat. Misalnya, saat perusahaan ini nyaris dilego menjadi besi tua ke Perusahaan Prancis, Ciccofrance tahun 1968.
Ceritanya, pada awal tahun 1968, ketika Semen Padang dipimpin Direktur Utama, Ir.K.A.Mat Tjik, berhembus kabar bahwa perusahaan kebanggaan orang Minang ini akan dijual menjadi besi tua ke perusahaan asing.
K.A.Mat Tjik pada saat itu mengatakan bahwa pemerintah sudah membuat draf kerjasama dengan perusahaan dari Prancis yang akan membeli 50 persen saham PN Semen Padang. Setelah itu, pabrik ini tentu akan dikendalikan orang asing atau akan dilego saja sebagai besi tua. Ketika informasi itu dilontarkan, maka goncanglah pabrik tua itu.
Alasan untuk menjualan Semen Padang pada saat itu karena besi-besi tua tersebut tidak produktif lagi . Hanya membuang-buang masa. Karena itu, lebih baik dilego saja menjadi uang .
Informasi itu akhirnya sampai ke telinga Gubernur Harun Zain. Beliau mamburansang (marah besar). Alasannya, beliau mau pulang Sumbar adalah untuk membangun kampung halaman. Tanah kelahirannya sudah porak poranda pasca perang saudara. Ia berang, asset satu-satunya kebanggaan daerah yang ada di Sumatera Barat, dan dibutuhkan untuk menunjang program pembangunan, mau dilego orang.
Mendengar khabar itu , Harun Zain memanggil Mat Tjik ke Kantor Gubernur. Mat Tjik menyampaikan berbagai argumen bahwa Semen Padang bukan akan dijual, tetapi hanya kerjasama dengan perusahaan dari Prancis. Namun Gubernur Harun Zain pada saat itu tidak percaya dengan segenap alasan yang dikemukakan Mat Tjik.
Beliau berjuang ke Jakarta agar Semen Padang tidak jadi dijual. Harun menghadap Menteri Perindustrian , Jenderal M.Jusuf. Sekuat tenaga beliau meyakinkan Jenderal M.Jusuf agar rencana penjualan Semen Padang dibatalkan.
Kepada Menteri Harun Zain mengatakan, rakyat Sumbar telah mempertahankan pabrik Indarung selama perang dunia kedua, karena itulah satu-satunya industri yang masih hidup.
Menteri Perindustrian , Jenderal M.Jusuf pada saat itu menjelaskan, Semen Padang bukan dijual. Tetapi dikerjasamakan dengan perusahaan dari Prancis. Pemerintah sudah membuat dasar kerjasama dimana 50 % saham akan dimiliki oleh perusahaan asing.
Setelah beragumen, akhirnya Harun Zain berhasil meyakinkan Menteri Jusuf agar Semen Padang tidak dijual. Namun sang menteri memberi syarat, rencana penjualan bisa dibatalkan manakala Harun Zain bisa mengubah besi tua itu menjadi sesuatu yang berguna. Menteri juga meminta agar mencari orang yang mampu mengelola dan menjalankan pabrik itu.
Bersama wartawan senior, Marthias Doeski Pandoe, dan Anggota DPRD-GR, Syafruddin Bahar, Harun kemudian merayu Ir.Azwar Anas, seorang perwira tamatan ITB yang sedang memimpin anak perusahaan Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) di Bandung. Sebelum menemui Azwar Anas di Bandung, dan memintanya pulang ke Padang untuk memimpin Semen Padang, Harun Zain melalui M.Jusuf sudah dulu meminta Kasad untuk menugaskan Azwar Anas ke Padang. Karena terperangkap “jeratan†Harun Zain, Azwar Anas mau meninggalkan posisinya yang sudah mapan di Bandung, mengemban tugas berat memulihkan perusahaan tua kebanggaan daerah di Sumatera Barat.
Niat tulus Azwar Anas mengabdi di kampung halamannya itu tidak sia-sia. Ketika memulai tugasnya di PN Semen Padang, ia tidak mendahulukan pembenahan pabrik. Yang dia perbaharui adalah semangat dan mentalitas karyawannya.â€Modal utama sebuah perusahaan itu adalah manusia, karyawannya. Bukan mesin,†begitu keyakinan Azwar Anas, ketika itu.
Produksi semen meningkat, permintaan pasar juga meningkat. Perusahaan juga mendapat dukungan dari masyarakat Lubukkilangan yang bersedia menyerahkan tanah ulayat seluas 126, 3 hektare untuk perluasan perusahaan dan peningkatan produksi dari 120.000 ton menjadi 220.000 ton setahun.
Dengan pengalaman menghadapi tantangan dari berbagai periode zaman, Khairul Jasmi optimis PT Semen Padang bisa melewati berbagai tantangan ke depan. Apa kuncinya?
"Semua jajaran Semen Padang harus kompak. Saling mendukung untuk kemajuan perusahaan. Ciptakan rasa saling percaya," katanya seraya mengatakan dengan kompak, berbagai dinamika internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan bisa diatasi. (*)
.
.
.