PADANG - Bagi sebagian orang yang belum pernah berkunjung ke kawasan Semen Padang, mungkin beranggapan bahwa area perusahaan pertama di Indonesia itu merupakan kawasan yang gersang, dan tandus karena memiliki banyak pabrik. Namun, bagi yang sudah berkunjung akan memiliki positioning yang berbeda, karena area PT Semen Padang merupakan kawasan yang indah, green, dan kaya dengan keanekaragaman hayati.
Pemandangan itu akan terlihat jelas di area lapangan golf, sekaligus sebagai tempat konservasi keanekaragaman hayati (kehati) PT Semen Padang di Kompleks Bukit Atas.
"Lapangan golf seluas 50 Ha itu dulu merupakan area tambang tanah clay yang telah direklamasi PT Semen Padang," Kepala Unit Health Safety Environment (HSE) PT Semen Padang Mustaqim Nasyra, di Padang, Kamis (2/7/2020).
Reklamasi ini pada prinsipnya adalah untuk memulihkan kembali fungsi lahan menjadi lahan bermanfaat dan juga memiliki fungsi konservasi.
"PT. Semen Padang telah melakukan upaya reklamasi dalam bentuk penghijauan, taman dan pengembangan sarana olah raga berupa lapangan golf yg hijau dan dikelilingi dengan revegetasi yg cukup padat. Dengan adanya lapangan golf ini masyarakat Sumbar memiliki alternatif dalam berolahraga golf sekaligus sarana rekreasi," kata Mustaqim.
Ia menjelaskan, saat ini di kawasan konservasi kehati itu terdapat berbagai jenis flora dan fauna langka yang dilindungi, seperti palem kipas, palem merah, tumbuhan paku tiang dan pakis haji, elang ular bido, cekakak sungai, cekakak belukar, burung madu sriganti dan burung madu.
"Berdasarkan pengamatan kami bersama Unand, di kawasan kehati itu terdapat lebih dari 300 jenis flora. Sedangkan untuk fauna seperti mamalia sebanyak 9 jenis, aves 53 jenis, reptil 9 dan amphibia 10 jenis," kata Mustaqim.
Selain itu, katanya, di kawasan Kehati Semen Padang juga terdapat enam ekor rusa tutul yang berasal dari Istana Bogor. Kemudian yang terbaru yang sedang konservasi di kawasan Kehati, adalah ikan bilih yang berasal dari Danau Singkarak.
"Ikan bilih ini merupakan ikan andemik di Danau Singkarak. Sejauh ini ikan bilih tersebut masih eksis. Dan sampai saat ini, kami bersama Universitas Bung Hatta masih terus mengobservasi ikan bilih. Untuk tindak lanjutnya ke depan, tentu kami harapkan agar ikan bilih ini berkembang biak," ujarnya.
Di samping melakukan konservasi terhadap flora dan fauna di areal bekas reklamasi, Mustaqim menyebut bahwa pihaknya juga sudah merencanakan untuk bekerjasama dengan balai Litbang BKSDA untuk mengembangkan tanaman-tanaman endemik di Sumatera untuk ditanam di lapangan golf.
"Di Sumatera ini banyak terdapat tanaman endemik, seperti Indarung dan tanaman Andalas. Rencana kami bersama pihak BKSDA Sumbar, akan menanam tanaman-tanaman endemik tersebut di areal lapangan golf yang merupakan bekas reklamasi tambang Semen Padang," ungkapnya.
Mustaqim juga mengatakan bahwa pihaknya tidak hanya melakukan konservasi terhadap fauna dan flora yang ada di lapangan golf Semen Padang. Melalui aksi Peduli Kehati, Unit HSE Semen Padang juga aktif melakukan penghijauan dan pembuatan hutan model nagari di luar areal perusahaan.
"Tidak hanya itu saja. Bahkan Peduli Kehati juga ikut serta merahabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Ring 1 perusahaan. Bahkan melalui berbagai kegiatan yang telah dilakukan Peduli Kehati, pada tahun 2016 lalu Semen Padang mendapat apresiasi dari Dirjen Kehutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan," katanya.
Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati mengatakan, PT Semen Padang dalam operasionalnya komit mengimplementasikan visinya, yakni "Menjadi perusahaan persemenan yang andal, unggul dan berwawasan lingkungan di Indonesia bagian barat dan Asia Tenggara."
"PT Semen Padang konsisten menerapkan triple bottom line, yaitu profit, people dan planet, sebagai landasan Perusahaan untuk beroperasi.
Tidak hanya melalui Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan, penerapan konsep triple bottom line itu juga diwujudkan melalui pemanfaatan bekas areal reklamasi seluas 50 Ha menjadi lapangan golf, sekaligus sebagai tempat konservasi kehati," kata Anita. (*)