PADANG, 18/9/2019 - Teknokrat Indonesia yang ahli dalam teknologi motor penggerak listrik, Ricky Elson pada Rabu (18/9/2019) berkesempatan berbagi pengetahuan dengan insan PT Semen Padang, di Wisma Indarung.
Salah satu pelopor mobil listrik nasional itu menyampaikan bahwa memenangkan persaingan adalah syarat mutlak sebuah perusahaan untuk tetap survive di tengah tengah ketatnya kompetisi.
Hadir pada kesempatan itu ratusan karyawan PT Semen Padang, mahasiswa dan pelajar SMK Semen Padang.
"Banyak upaya yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk memenangkan persaingan. Salah satunya dengan melakukan efisiensi di sektor yang paling tinggi memakan biaya, seperti sektor listrik," kata pria yang dijuluki"Putra Petir" itu.
Ricky mencontohkan, untuk satu elektrik motor komputer saja kalau hidup, maka penggunaan listriknya 1 Watt. Jika sebuah perusahaan ada 450 komputer yang hidup, maka dalam setahun penggunaan listriknya mencapai 4500 MWh.
Tentunya, begitu besar cost yang dikeluarkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan listrik komputer. "Untuk itu, marilah melakukan efisiensi agar perusahaan bisa tetap survive dalam memenangkan persaingan," ajak pria kelahiran Padang yang pernah 14 tahun bermukim di Jepang.
"Jika Anda mampu menaikkan efisiensi elektrik motor walaupun hanya 0,01 persen, maka Anda juga telah menyelamatkan Bumi. Sebab, 4500 MWh itu sama dengan satu gunung batu bara yang digali," kata perancang mobil listrik Selo itu.
Untuk pembangkit, sambung Ricky, maka menghabiskan 60 juta ton batu bara setahun. Angka 60 juta ton batu bara itu juga sama dengan menggali area seluas 90 ribu Ha. "Berapa dunia yang harus dihancurkan untuk itu," imbuhnya.
Dalam sharing knowledge dengan tema "Memenangkan Persaingan dengan Pengelolaan Energi yang Efektif dan Efisien" tersebut, teknokrat lulusan Polytechnic University (PJU) Of Japan itu juga menyampaikan efisiensi tidak hanya dalam penggunaan, tapi dalam pengembangan teknologinya juga berbasis efisiensi.
Indonesia, katanya, tertinggal jauh dari Jepang. Penyebabnya bukan karena kalah pintar dan bukan kalah kuat dan kalah sumber daya, tapi Jepang maju karena apapun segera dikerjakannya, dan Jepang mengerjakan dengan benar hingga tuntas.
"Di Jepang, apapun itu segera dikerjakan dan mereka tidak mau menunda-nunda waktu. Kalau pun sudah dikerjakan, entah mereka karena dipaksa atau karena ditipu atau karena cinta, mereka selalu mengerjakannya dengan benar," ujarnya.
Indonesia, lanjutnya, saat ini mengenal Revolusi Industri 4.0. Sasaran dari revolusi ini adalah energi terbarukan untuk kelistrikan transportasi, kendaraan listrik, transaksi online dan kecerdasan buatan.
Menurutnya, negara lain seperti Tiongkok sudah lebih dulu menyelesaikannya, sementara Indonesia masih berbica energi terbarukan. Cina menargetkan untuk energi terbarukan dari sumber matahari 100 Giga Watt dan angin 100 Giga Watt.
"Indonesia sendiri sistem kelistrikannya sampai hari ini belum sampai 100 Giga Watt. Untuk itu, perbanyaklah pergunakan handphone untuk membuka wawasan. Energi, pangan dan air harus kita bereskan, karena hingga akhir peradaban manusia, energi, pangan dan air menjadi hal yang sangat penting," katanya.
Ada dua keyakinan untuk membenahi ketertinggalan dalam mengejar kemajuan negara di dunia, yaitu transformasi dan adanya kesadaran membangun untuk lebih baik dari pada hari ini.
"Jangan jadi orang yang sama dengan hari kemarin. Setiap detik, setiap saat kita harus naik level. Kalau tidak celakalah kita. Untuk jadi lebih baik, sadarkan diri kita apakah sudah sungguh-sungguh kita bekerja pada hari ini," ucapnya.
Pria kelahiran 11 Juni 1980 pernah bekerja di perusahaan Nidec Corps, Jepang. Selama belasan tahun di Negeri Sakura, Ricky mengaku sudah menemukan belasan teknologi motor penggerak listrik yang sudah dipatenkan di Jepang.
Pertama bekerja di Jepang, ia diminta untuk mengembangkan mesin untuk printer. Kemudian, ahli teknologi motor penggerak listrik itu diminta untuk mengembangkan mesin drone yang besar mesinnya satu genggaman.
"Pengembangan mesin drone ini diawali dengan dinamo Tamia. Dinamo inilah ke depan menjadi kunci peradaban dunia. Dinamo ini teknologinya tidak sulit. Isinya besi, tembaga dan magnet," bebernya.
Ia juga mengibaratkan dinamo sebagai makanan khas Ranah Minang, yaitu Rendang. Katanya, di Sumbar ada Rendang Padang, Rendang Sawahlunto, Rendang Solok, dan Rendang Bukittinggi. Dari mana pun asal rendangnya, menurut Ricky, bahannya tetap sama.
"Yang membedakan hanya adonannya. Begitu juga dengan elektrik motor atau generator. Isinya tetap besi, tembaga dan magnet. Bedanya, ada pada bagaimana meramunya, dan itu bukan teknologi yang susah," terangnya.
Ia pun mendapat kesempatan mengembangkan mesin-mesin pembangkit listrik tenaga angin beberapa perusahaan di Jepang dan juga mendapat kesempatan untuk membuat mesin mobil listrik.
"Mungkin kawan-kawan mengira bahwa mobil listrik suatu yang keren dan canggih. Padahal sama dengan tamia. Tamia besar dan mesinnya bisa dibuat di atas meja kerja," katanya berseloroh.
Pengembangan mobil listrik tersebut, katanya melanjutkan, yaitu untuk membuat teknology super hybrid. Ketika proses pengujian, ia diminta pulang ke Indonesia oleh Dahlan Iskan yang ketika itu menjabat Menteri BUMN.
Dahlan Iskan ketika itu, meminta dirinya untuk mengembangkan mesin mobil listrik pertama buatan Indonesia.
Acara sharing knowledge itu dibuka manajemen Semen Padang yang diwakili Wakil Pengarah Energi PT Semen Padang Muhammad Syafitri.
"Di Semen Padang, cost paling besar itu bersumber dari energi. Saat ini, sumber energi untuk Semen Padang berasal dari PLN, dan energi panas dari pembakaran batu bara," kata Muhammad Syafitri.
Dia berharap agar sharing dengan Ricky Elson ini dapat dimanfaatkan dan kembangkan di Semen Padang.
"Paling tidak, sharing ini dapat membangkitkan kesadaran bahwa energi itu harus dimenej untuk anak cucu kita," katanya.(*)