PADANG, 27/6/2020- Terlahir dari keluarga petani yang kurang mampu di sebuah desa kecil di Kambang, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Pilman, anak keenam dari delapan bersaudara pasangan Munaf dan Nurmi (Almh), berpikir keras bagaimana untuk bisa merubah nasib.
Berbekal ijazah SMP dan sedikit pengalamannya bekerja di sebuah bengkel las di kampungnya, Pilman, kelahiran 3 Maret 1972 itu kemudian melanjutkan sekolah ke Kota Padang. Tentunya, di Ibu Kota Provinsi Sumbar itu, Pilman muda memilih STM menjadi tujuannya.
"Saya masuk STM Negeri 2 Padang (sekarang SMK Negeri 5 Padang,red) tahun 1986 dan tamat tahun 1989," kata Pilman saat ditemui media ini di bengkel miliknya, Pilman Jaya Motor, Jalan Raya Bandar Buat, Simpang Gadut, Jumat (26/6/2020) siang.
Tahun pertama di STM Negeri 2 Padang, seluruh kebutuhan, termasuk uang bulanan sekolah, ditanggung orangtuanya di kampung. Kendati begitu, Pilman muda sadar bahwa dirinya tak terus-terusan mengandalkan kiriman uang dari orangtuanya.
Ia pun mencoba untuk mencari pekerjaan di samping terus menyelesaikan sekolahnya. Mengandalkan semangat dan pengalamannya yang pernah bekerja di bengkel las di kampung halamannya, Pilman pun diterima bekerja sebagai montir di sebuah bengkel mobil di kawasan Purus, dekat Pasar Pagi.
"Saya mulai nyambi kerja di bengkel sejak kelas dua STM. Saya diterima jadi montir, karena sebelumnya saya pernah kerja di bengkel las. Kemudian jurusan mesin yang saya ambil di STM 2, juga jadi pertimbangan bagi pemilik bengkel untuk menerima saya jadi montir," kenang Pilman.
Nyambi jadi montir sejak duduk di kelas dua STM, membuat Pilman menjadi remaja mandiri yang hidup terpisah jauh dari keluarga di kampung. Apalagi melihat kinerjanya yang bagus, membuat pemilik bengkel menyukai Pilman. Bahkan oleh pemilik bengkel, Pilman pun diangkat sebagai anak asuh.
"Sejak nyambi jadi montir, saya tidak lagi mengandalkan kiriman orangtua, karena uang sekolah dan biaya harian saya ditanggung pemilik bengkel. Sebagai anak laki-laki, saya tidak mau menambah beban orangtua. Apalagi penghasilan Ayah sebagai petani, tentu tidak seberapa, ditambah lagi kakak dan adik-adik saya juga butuh biaya," ujarnya.
Bagi Pilman, nyambi jadi montir saat masih sekolah hingga berhenti kuliah di Akademi Teknologi Padang (ATIP), rupanya menjadi titik balik kehidupannya. Dan itu berawal ketika ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya di tahun 1991 karena terkendala finansial yang memaksanya, harus mengubur impiannya untuk menjadi sarjana muda.
Berhenti kuliah, Pilman muda lalu bekerja sebagai montir di bengkel mobil Utama Service, Lolong. Selama bekerja di sana, Ia pun selalu menyisihkan gajinya untuk ditabung. Singkat cerita, empat tahun lamanya bekerja di Utama Service, Pilman lalu memutuskan untuk berhenti bekerja dan memulai membuka bengkel sendiri.
Hanya dengan modal Rp10 juta, Pilman dengan berani menyewa sebidang bangunan di Simpang Tiga Bandar Buat. Di sana, Ia pun mulai mendirikan bengkel mobil dengan nama 'Pilman Motor'. "Saya buka bengkel di Simpang Tiga Bandar Buat pada medio 1995," ungkap Pilman.
Jadi mitra CSR
Pilihan Pilman berhenti kerja hingga membuka bengkel sendiri, ternyata sudah keputusan yang tepat, apalagi jasa pelayanan yang diberikannya, membuat langganannya semakin banyak.
Bahkan dalam sehari, paling sedikit 5 mobil mampir di bengkelnya untuk perawatan mesin dan segala macam.
Pada tahun 1997, Pilman kemudian menyadari bahwa kebutuhan bengkel semakin meningkat, sementara Ia sendiri terkendala modal, sehingga Ia pun mengajukan permohonan ke Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) CSR PT Semen Padang untuk menjadi mitra binaan.
"Awalnya saya tidak tahu kalau di Semen Padang ada program PUKK. Saya tahunya dari Pak Hamdan Kanun, Staff Hukum di Semen Padang dan sudah pensiun. Beliau sering service mobil di bengkel saya. Kata beliau ketika itu, kalau butuh modal buat permohonan untuk jadi mitra binaan CSR Semen Padang," katanya.
Mendengar informasi yang disampaikan Hamdan Kanun, dengan senang hati Pilman langsung mengajukan permohonan untuk menjadi mitra binaan PUKK/PKBL CSR Semen Padang. Ayah tiga anak itu kemudian diberikan pinjaman modal usaha sebesar Rp10 juta dari Rp15 juta yang diajukannya.
Bukan kali itu saja Pilman mendapatkan pinjaman modal usaha. Bahkan sudah berulang kali.
"Kalau dihitung sejak 1997 sampai sekarang, sudah ada delapan kali saya dapat pinjaman dana PUKK/PKBL dari CSR Semen Padang. Terakhir, saya dapat pinjaman di tahun 2011 dengan pinjaman sebesar Rp100 juta," ujarnya.
Sejak jadi mitra binaan CSR, Pilman menyebut usahanya berkembang pesat, apalagi di saat bersamaan, Ia pun juga dipercaya oleh Semen Padang menjadi mitra kerja. Bahkan, semua mobil dari roda empat hingga truk diservice di bengkel milik Pilman. Dan tentunya, pundi-pundi uang jutaan rupiah terus mengalir ke kantongnya.
Berkat perkembangan usahanya, di tahun 2000, Ia pun berhasil membeli tanah seluas 244 meter persegi di Simpang Gadut. Tanah yang dibelinya itu kemudian dijadikan bengkel sekaligus rumah untuk ditempatinya hingga sekarang ini. Hingga sekarang, bengkel Pilman Jaya Motor terus berkembang dan telah mempekerjakan lima orang karyawan.
"Sekarang ini tinggal lima orang. Sebelumnya sampai sepuluh orang karyawan saya. Maklumlah, bengkel mobil sekarang semakin banyak, beda dengan yang dulu. Meski begitu, bagi saya itu tidak masalah. Alhamdulillah, rezeki saya terus bertambah. Bahkan dalam sebulan, omset saya kadang-kadang mencapai Rp75 juta," ungkapnya.
Tidak hanya sukses mengembangkan usaha. Bahkan berkat kerja kerasnya, Pilman pun juga sukses mengembangkan bisnis furniture dengan merek Perabot Sekar Jaya di Jalan By Pass, Lubuk Begalung.
"Saya buka usaha furniture di tahun 2011. Alhamdulillah, sampai sekarang usaha saya masih berjalan," ungkap suami dari Saventi Febrida (46) itu.
Selain sukses mengembangkan usahanya hingga ekspansi ke usaha furniture, Pilman juga mengakui bahwa upayanya untuk merubah nasib dengan pergi melanjutkan sekolah di Kota Bingkuang sejak remaja tak sia-sia.
Bahkan, berkat kerja kerasnya, Pilman pun berhasil memberanhkatkan orangtuanya haji.
"Alhamdulillah, tahun 2018 kemarin saya Naik Haji bersama Istri dan Ayah saya. Senang sekali rasanya setelah apa yang saya impikan terwujud. Dan apa yang saya raih ini, juga berkat doa orangtua dan dukungan dari saudara serta CSR Semen Padang yang telah memberikan pinjaman modal. Terimakasih Semen Padang," ungkap Pilman.
Kepala Unit CSR Semen Padang Muhamad Ikrar mengatakan, Pilman merupakan satu dari banyak UMKM yang dibina PT Semen Padang melalui Program Kemitraan PT Semen Padang.
"Banyak lagi usaha-usaha yang sukses di Sumbar yang dibina PT Semen Padang," kata Muhamad Ikrar.
Program Kemitraan melalui pemberian pinjaman dana bergulir untuk perkuatan modal berdampak langsung terhadap perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), 5000 Mitra Binaan yang telah dibina sejak tahun 1987.
Di samping mendapatkan bantuan pinjaman bergulir lunak, mereka terhindar dari rentenir, serta mendapat pembinaan dalam pengembangan produksi, manajemen dan pemasaran.
Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati mengatakan, PT Semen Padang adalah salah satu perusahaan yang menjadi pionir pengembangan UMKM di Indonesia.
Hal itu dibuktikan jauh-jauh hari sebelum regulasi terkait pembinaan UMKM oleh pemerintah untuk pelaku usaha atau BUMN, PT Semen Padang sudah membentuk Bapak Angkat Industri Kecil (BAIK) untuk membantu pengembangan UMKM pada 1987.
"Program ini konsisten dilakukan PT Semen Padang hingga saat ini," kata Nur Anita. (*)